Senin, 28 September 2009

METODE DISINFEKSI KHLORIN TERUS DISEMPURNAKAN


Metode disinfeksi berbasis khlorin sebegitu jauh masih mendominasi cara-cara melenyapkan bakteri yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan air minum di seluruh dunia. Berikut sekilas tinjauan atas metode-metode tersebut serta faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan atas metode itu seperti dikemukakan oleh Dr. Carsten Persner, ahli kimia dari Grundfos.


Perusahaan air minum dimana pun juga, pasti memerlukan disinfeksi untuk melenyapkan kandungan mikrobiologi seperti bakteri E-coli, dan bakteri-bakteri lain yang bersifat menimbulkan penyakit, virus dan protozoa dari air minum. Banyak metode pembasmi bakteri yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun, tetapi sebegitu jauh metode berbasis khlorin masih yang paling banyak digunakan oleh perusahaan air minum.

Dijelaskan, tidak ada satu metode tunggal yang dapat memenuhi kebutuhan untuk membasmi mikrobiologi itu. Ada sejumlah sistem yang dirancang oleh Persner, yakni dosing gas khlorin, hipokhlorit elektolitik, dan pembangkitan dioksida khlorin untuk keperluan perusahaan perusahaan itu yang berkantor pusat di Reinanch, Swiss. Berdasarkan pengalamannya membuat rancangan-rancangan tersebut ditemukan bahwa peraturan-peraturan setempat sering menyulitkan untuk membuat kesimpulan umum dan menyusun rekomendasi. Faktor kesulitan lainnya adalah kesulitan mendapatkan bahan baku serta biaya-biaya yang berkaitan dengan aplikasi tiap metode seperti biaya energi, biaya bahan kimia dan sebagainya.

Gas khlorin masih tetap menjadi metode paling umum digunakan sebagai pemusnah bakteri di seluruh dunia berkat keandalannya sehingga dapat dipercaya membuat air minum aman, dan biayanya pun tergolong relatif murah.

Cara kerja khlorin ialah dengan membentuk hipoklorit (HclO) pada waktu dilarutkan dalam air. HclO adalah oksidan yang paling cepat bereaksi dengan dampak yang mematikan secara luas terhadap mikrobiologis. Gas ini mempunyai efektivitas yang tinggi dalam kadar rendah yang tidak membahayakan kesehatan manusia. Pelepasan khlorin secara berkelanjutan mendatangkan keuntungan tersendiri karena gas itu secara terus menerus membebaskan jaringan perpipaan dari bakteri untuk jangka waktu relatif lama.

Salah satu masalah gas khlorin disinfeksi adalah masalah transportasi, penyimpanan dan penanganan gas itu. Dalam bentuk dipadatkan (presurized), gas ini harus disimpan di dalam ruang khusus yang menelan investasi mahal dengan dilengkapi unit peringatan kalau-kalau terjadi kebocoran.

Gas khlorin harus ditangani dengan sangat hati-hati sesuai dengan resiko-resiko yang mengancam. Para petugas perlu dilatih secara khusus untuk menanganinya, dan prosedur keselamatan perlu diterapkan. Ini diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta menanggulangi kondisi buruk yang mungkin akan terjadi.

Dalam hal dosing gas itu, dosing yang konstan dan akurat akan memberi hasil terbaik. Sistem khlorinasi gas disinfeksi secara hampa udara penuh seperti Vaccuverm buatan Grundfos dapat menjamin hal ini, begitu juga masalah keamanannya. Jika pompa hampa udara dalam sistem itu gagal atau hilang, tabung gas akan langsung terisolasi dan tidak akan terjadi kebocoran gas.

Khlorin dioksida (ClO2) menyediakan disinfeksi yang cukup lama diatas air. Sebagai suatu zat pembunuh bakteri, pembunuh spora, pembunuh virus dan pembunuh algae, khlorin dioksida juga efektif membunuh mikroorganisme yang resisten terhadap khlorin. Dari segi parameter rasa, khlorin dioksida tidak mengubah rasa atau bau dari air. Daya penyebab karatnya terhadap jaringan pipa juga lebih kecil dari pada hipoklorit. Selain itu, bahan ini juga efektif terhadap biofilm. Gas khlorin dioksida akan mengenyahkan berbagai sumber nutrisi yang terdapat dalam air dan merupakan zat yang ampuh membasmi mikroorganisme, dan dengan demikian akan memperpanjang efektivitas disinfeksinya.

Keuntungan signifikan penggunaan ClO2 didapatkan dari pelepasannya yang berkelanjutan dan dampak residunya. Dalam aliran berkecepatan rendah, bahkan di dalam air pipa yang tidak mengalirpun, khlorin dioksida terus menerus mencegah perkembangan mikroorganisme di dalam jaringan pipa. Berbeda dengan gas khlorin, khlorin dioksida tetap efektif di lingkungan dengan pH rendah (asam) tanpa memodifikasi pH.

Khlorin dioksida dihasilkan “di tempat” (on site) dari sodium khlorit dengan menggunakan gas khlorin atau asam. Metode gas akan memberi hasil yang tinggi dalam membunuh bakteri, tetapi untuk menanganinya diperlukan fasilitas khusus dan pelatihan bagi para operatornya.

Berkaitan dengan produk sampingan disinfeksi khlorinasi, itu sudah lama menjadi bahan penelitian, tetapi hasilnya tidak pernah konsisten. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa proteksi tingkat tinggi atas disinfeksi tidak bisa ditawar-tawar dalam usaha mengawasi konsentrasi produk-produk sampingan.

Dikutip dari : Majalah Air Minum Edisi Agustus 2009.